Close-Knit atau Karera ga honki de amu toki wa adalah
sebuah film Jepang yang disutradarai oleh Naoko Ogigami. Film ini pertama kali screening di Berlin International Film Festival pada tanggal 10 Februari 2017
dan resmi di rilis di Jepang 15 hari setelahnya. Film ini adalah sebuah film
keluarga yang mengangkat tema LGBT – Lesbian,
Gay, Bisexual, Transgender – khususnya tentang transgender. LGBT sebenarnya
sudah lama ada, tapi baru-baru ini sering diperbincangkan seiring pernikahan sesama
di Amerika Serikat dilegalkan tahun 2015 lalu. Jepang sebenarnya sudah tidak ‘pangling’
dengan LGBT khususnya gay atau homosexuality, karena berdasarkan
sejarah saat era samurai berjaya, konsep homosexuality
sudah dianggap biasa. Sejarah tentang perkembangan awal homosexuality di Jepang bisa kamu baca di sini.
Close-Knit menceritakan tentang
seorang anak perempuan bernama Tomo (Rinka Kakihara) yang ditelantarkan oleh
ibu kandungnya Hiromi (Mimura) sehingga Tomo harus tinggal sementara dengan pamannya,
Makio (Kenta Kiritani). Di rumah Makio, Tomo bertemu dengan Rinko (Toma Ikuta),
yang merupakan pacar Makio. Tomo sudah diberi tahu oleh Makio bahwa Rinko adalah seorang transgender dan Makio berharap Tomo bisa berhubungan baik dengan
Rinko karena Makio sangat peduli dengan Rinko. Tomo yang tidak terbiasa dengan
lingkungan queer berusaha untuk
memperlakukan Rinko seperti wanita umumnya. However,
hal ini tentu tidak mudah mengingat persepsi Tomo tentang orang-orang queer masih seperti masyarakat pada
umumnya. Rinko memahami apa yang dipikirkan oleh Tomo dan sedikit demi sedikit
mulai mendekatkan dirinya dengan Tomo.
Pertama kali karakter Rinko
muncul, saya spontan berteriak karena ‘akhirnya!!! ini yang saya tunggu-tunggu!’
kenapa saya girang sekali? karena film ini tentang LGBT ya kalo karakter LGBT-nya
nggak keluar-keluar ya buat apa???? hahaha. Faktor kedua adalah Toma Ikuta pas
meranin Rinko cantik banget ya Tuhan saya menitikkan air mata saat itu juga.
Lebay? Saya tidak peduli. Meskipun saya baru pertama kali melihat Toma Ikuta di
film ini, saya sangat menikmati akting Toma sebagai Rinko. Sebenarnya, semua akting
aktor and aktris di film ini sangat mumpuni. Walaupun baru sampai pertengahan
durasi, emosi saya sudah dipermainkan. Perasaan marah, kecewa, tangis saya
rasakan saat menonton. Sinematografi film ini juga sederhana sehingga penonton akan selalu fokus pada jalan cerita. Meskipun sederhana, hal itu tidak
membuat saya lupa untuk menikmati pemandangan deretan pohon sakura yang
berguguran dan jernihnya air sungai yang disajikan oleh Naoko. Setelah
menyelesaikan film ini, my heart is
filled with warmth despite the sensitivity of the issue that is brought in this
movie. Apalagi kalau konsepnya disampaikan dengan gaya film keluarga, tambah ayem aja rasanya. Saya memang netral, bahkan cenderung men-support tentang LGBT ini untuk dibicarakan agar masyarakat tidak
menganggapnya sebagai sesuatu yang taboo.
Memang di beberapa agama LGBT itu tidak diperbolehkan, tapi itu bukan menjadi
alasan bagi kita untuk memperlakukan komunitas LGBT sebagai golongan yang lebih
rendah daripada yang lain. Kurangilah perilaku judgemental apalagi terhadap isu-isu yang kita tidak familiar.
Manusia itu takut terhadap sesuatu yang menurut mereka asing. Jadi, cari tahulah
dahulu sebelum melemparkan komentar-komentar yang tidak perlu. Perlakuan fisik
bukan satu-satunya yang bisa melukai orang. Kata-kata bisa memberikan efek yang
sama, bahkan lebih parah dari tusukan benda tajam sekalipun. Manusia memang
bukan makhluk sempurna, makanya kita dituntut untuk terus belajar dari
kesalahan. Ye kan sodara-sodara? Hehe.
Sekian cuwit-cuwit saya tentang
film Close-Knit. Semoga review saya membantu kamu yang newbie dan penasaran ingin mengenal LGBT menggunakan media yang
ringan dan menyenangkan. Kalau bertanya berapa rating yang saya berikan untuk
film ini, I would say it’s 8.5/9
karena saya tidak pernah menilai film sampai 10 hahaha (pernah sih dulu karena biased, mohon maklum). Sampai jumpa di
postingan selanjutnya! ^^
No comments:
Post a Comment