Seperti janji saya dipostingan
sebelumnya, saya akan memberikan ulasan singkat tentang buku terbaru dari Dan
Brown, Origin. Sebelumnya, bagi yang belum familiar dengan Dan Brown bisa cek
postingan saya di sini.
Setelah 4 tahun, akhirnya Dan
Brown merilis buku terbarunya, Origin, yang merupakan kelanjutan seri dari
Robert Langdon Universe. Sebenarnya, pembaca baru tidak perlu membaca Robert
Langdon series ini secara berurutan karena Dan Brown jarang menghubungkan
antara apa yang dialami oleh Langdon di buku sebelumnya dengan buku selanjutnya.
Hanya 1 atau 2 kalimat dan itupun tidak terlalu berpengaruh terhadap plotnya.
Jadi, tenang saja sodara-sodara kalau memang sudah tidak sabar silahkan
langsung baca Origin! Whoop! Whoop!
Origin
Sumber: danbrown.com |
Rilis : Oktober 2017
Sinopsis: Robert Langdon diundang oleh mantan muridnya, Edmond Kirsch,
untuk datang menyaksikan hasil
penelitian Edmond yang menurutnya akan menjawab pertanyaan yang selama ini
manusia tanyakan di dalam hidupnya, ‘where
do we come from? Where are we going?’. Edmond merupakan salah satu scientist yang cukup blak-blakan dengan persepsinya
bahwa agama menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan. Sesampainya Langdon di
Museum Guggenheim di kota Bilbao, Spanyol, Edmond menemui Langdon sebelum
seminar diadakan dan mengutarakan kekhawatirannya bahwa keselamatannya mungkin
akan terancam setelah dia merilis hasil penelitiannya. Langdon tidak berpikir panjang dan hanya menenangkan Edmond. Tak disangka, saat seminar telah
dimulai dan sebelum hasil penelitian Edmond ditampilkan, Edmond ditembak mati
di depan mata tamu undangan seminar yang juga disaksikan oleh orang-orang di
seluruh dunia melalui Internet. Langdon bertekad untuk merilis hasil penelitian
mantan muridnya tersebut dan dalam petualangannya memecahkan petunjuk yang
ditinggalkan oleh Edmond, Langdon dibantu oleh direktur Museum Guggenheim,
Ambra Vidal yang juga calon ratu Spanyol.
Opini : dari tagline ‘will God
survive science?’ yang berasal dari situs resmi Dan Brown, saya sudah
mengira bahwa plot cerita dari buku ini pasti berhubungan tentang perdebatan
antara ilmu pengetahuan dan agama yang sekali lagi agama dipertanyakan
kebenarannya oleh kalangan scientist.
Persoalan yang dibahas di dalam buku ini tentu saja tentang awal peradaban
manusia dan di manakah tempat manusia nanti. Tentu saja persoalan antara benar
tidaknya teori evolusi Darwin vs teori Adam dan Hawa diperdebatkan di sini.
Saya saja pusing jika terlalu memikirkannya hahaha. Saya tidak bisa memberikan
pendapat yang pasti karena saya sendiri tidak tahu sisi mana yang akan saya
pilih. Pertama, jika saya memilih teori evolusi Darwin, saya mempertanyakan
firman Tuhan yang saya yakini. Kedua, jika saya mempercayai firman Tuhan, lalu
di manakah buktinya? Bagaimana Tuhan bisa menjelaskan tentang adanya kehidupan
dinosaurus dan evolusi manusia kera menjadi manusia yang sekarang? Bingung kan?
Ya, begitulah kira-kira isi otak saya. Walaupun pembahasan di dalam buku ini
cukup menarik, saya tidak bisa langsung mengatakan bahwa saya menikmati buku
ini. Terlalu banyak missing pieces yang membuat saya bertanya-tanya sehingga
mungkin saya perlu membaca Origin sekali lagi agar saya bisa sort out apa yang saya tidak mengerti. Adanya
karakter tambahan yang menurut saya perannya tidak begitu relevan dengan plot
juga sedikit mengganggu saya. Tapi bila saya pikir lagi, apakah kegunaan dari
karakter-karakter tersebut bertujuan untuk menyampaikan moral value dari buku ini? Mungkin saja. Walaupun begitu, tentu
saja ada bagian yang saya sukai tentang buku ini. Bagian itu adalah tentang Artificial Intelligence atau disingkat AI – bahasa sederhananya adalah
kecerdasan buatan - . Memasuki era
teknologi yang semakin berkembang pesat saat ini, kecerdasan buatan memang
tidak diragukan lagi akan menjadi masa depan manusia kelak. Karakter Winston di
buku ini menggambarkan apa yang manusia dapat ciptakan dari AI. Melihat
kemampuan yang dilakukan oleh Winston, saya merasa takjub dan juga takut secara
bersamaan. Beberapa pertanyaan muncul di dalam kepala saya, Apakah manusia nanti siap dengan perkembangan
teknologi ini? Apa yang bisa manusia lakukan agar tidak merasa goyah secara
moral saat menghadapinya? Langkah apa yang manusia bisa lakukan agar tetap
bijaksana dalam menghadapi teknologi AI? Yang bisa menjawab hanyalah manusia
yang akan menghadapi teknologi AI nanti – semoga saya tidak termasuk dalam
golongan ini hahaha –
Sekian review singkat saya. Semoga review saya bisa membantu untuk
mempersiapkan mental kalian sebelum membaca buku ini – kemungkinan terburuk
malah saya kesannya menakut-nakuti hahaha- Tapi begitulah yang terjadi di
Robert Langdon Universe dan karya Dan Brown lainnya. Pembaca ‘dipaksa’ untuk
mengolah informasi yang sudah disediakan oleh Dan Brown dan berusaha
menempatkan perspektif mereka terhadap topik yang dipertanyakan. Saya selalu
penasaran bagaimana penulis-penulis seperti Dan Brown mendapatkan inspirasi
untuk menulis cerita seperti ini. Mungkin itulah kelebihan manusia karena kita
memang tidak bisa diprediksi mengingat kehidupan yang kita jalani juga penuh
kejutan (sok banget elah ngasih omongan makna dalam padahal juga baru berapa
tahun hidup di dunia hahaha). Lastly, selamat membaca dan semoga tidak ikut-ikutan
pusing seperti saya ;D
Fun fact: Dan Brown
sebenarnya tumbuh di lingkungan yang tergolong taat agama, jadi saya juga sempat
heran dan kagum juga dengan orang tua Dan karena mereka tidak langsung disown anak mereka gara-gara
mempertanyakan ajaran agama hahaha. Saya berharap banyak orang tua yang terbuka
seperti ini sehingga dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap generasi
yang akan datang. Iya sih traditionalist, tapi jangan terlalu radikal nanti jadi extremist, oke bos? ;)
No comments:
Post a Comment